Pages

Senin, 09 Desember 2013

Taksonomi Bloom Anderson Karthwohl dan Peta konsep permasalahan belajar dan pembelajaran


Taksonomi Bloom
Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disoleh Benjamin S. Bloom pada tahun1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.usun
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
1.  Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
2.     Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minatsikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
3.  Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik,berenang, dan mengoperasikan mesin.

Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan.
Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai “pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang ada pada tingkatan pertama.

Domain Kognitif
Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama berupa Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6)
Pengetahuan (Knowledge)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang yg berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk.
Aplikasi (Application)
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang yg berada di tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk fish bone diagram.
Analisis (Analysis)
Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yg rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam tingkat keparahan yg ditimbulkan.
Sintesis (Synthesis)
Satu tingkat di atas analisis, seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yg dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk.
Evaluasi (Evaluation)
Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dsb dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yg ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas harus mampu menilai alternatif solusi yg sesuai untuk dijalankan berdasarkan efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis, dsb.

Domain Afektif
Penerimaan (Receiving/Attending)
Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.
Tanggapan (Responding)
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.
Penghargaan (Valuing)
Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.

Pengorganisasian (Organization)
Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.
Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex)
Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya.

Domain Psikomotor
Persepsi (Perception)
Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.
Kesiapan (Set)
Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.
Guided Response (Respon Terpimpin)
Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
Mekanisme (Mechanism)
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap.
Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response)
Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks.
Penyesuaian (Adaptation)
Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi.
Penciptaan (Origination)
Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi, kondisi atau permasalahan tertentu

Konsep Taksonomi Bloom Edisi Revisi

Konsep tersebut mengalami perbaikan seiring dengan perkembangan dan kemajuan jaman serta teknologi. Salah seorang murid Bloom yang bernama Lorin Anderson merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata kerja. Masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarkis, dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada konsep terdahulu tidak berubah jumlahnya karena Lorin memasukan kategori baru yaitu creating yang sebelumnya tidak ada.
Setiap kategori dalam Revisi Taksonomi Bloom terdiri dari subkategori yang memiliki kata kunci berupa kata yang berasosiasi dengan kategori tersebut. Kata-kata kunci itu seperti terurai di bawah ini:
  • 1.  Mengingat : mengurutkan, menjelaskan, mengidentifikasi, menamai, menempatkan, mengulangi , menemukan kembali dsb.
  • 2.   Memahami : menafsirkan, meringkas, mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan, mebeberkan dsb.
  • 3.  Menerapkan : melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi dsb
  • 4.  Menganalisis : menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur, mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan, menyamakan, membandingkan, mengintegrasikan dsb.
  • 5. Mengevaluasi : menyusun hipotesi, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, mebenarkan, menyalahkan, dsb.
  • 6. Berkreasi : merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah dsb.

Dalam berbagai aspek dan setelah melalui revisi, taksonomi Bloom tetap menggambarkan suatu proses pembelajaran, cara kita memproses suatu informasi sehingga dapat dimanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa prinsip didalamnya adalah:
  • ·         Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus mengingatnya terlebih dahulu
  • ·        Sebelum kita menerapkan maka kita harus memahaminya terlebih dahulu
  • ·         Sebelum kita mengevaluasi dampaknya maka kita harus mengukur atau menilai
  • ·         Sebelum kita berkreasi sesuatu maka kita harus mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi, serta memperbaharui

Pentahapan berpikir seperti itu bisa jadi mendapat sanggahan dari sebagian orang. Alasannya, dalam beberapa jenis kegiatan, tidak semua tahap seperti itu diperlukan. Contohnya dalam menciptakan sesuatu tidak harus melalui penatahapan itu. Hal itu kembali pada kreativitas individu. Proses pembelajaran dapat dimulai dari tahap mana saja. Namun, model pentahapan itu sebenarnya melekat pada setiap proses pembelajaran secara terintegrasi.
Sebagian orang juga menyanggah pembagian pentahapan berpikir seperti itu karena dalam kenyataannya siswa seharusnya berpikir secara holistik. Ketika kemampuan itu dipisah-pisah maka siswa dapat kehilangan kemampuannya untuk menyatukan kembali komponen-komponen yang sudah terpisah. Model penciptaaan suatu produk baru atau menyelesaian suatu proyek tertentu lebih baik dalam memberikan tantangan terpadu yang mendorong siswa untuk berpikir secara kritis.
UNSUR KARTHWOHL

DOMAIN KRATWOHL (DOMAIN AFEKTIF)
Krathwohl dan rakan-rakan, (1964) adalah antara penyelidik yang julungkali menggunakan terminologi ‘afektif’ (affective) dalam memperkenalkan satu lagi domain penting dalam hidup manusia. Ia digunakan sebagai satu lagi objektif pengajaran di samping aras-aras yang terdapat dalam domain kognitif yang telah diperkenalkan oleh Bloom dan rakan-rakan pada tahun 1956. Krathwohl mengkategorikan domain afektif kepada beberapa bahagian iaitu :

1.      Penerimaan
Penerimaan merupakan satu bentuk kesediaan atau penerima sesuatu yang ingin disampaikan. Individu tidak akan menolah ransangan. Tindakan adalah terhad.
2.      Gerak balas
Seseorang akan bertindak balas kepada ransangan yang diterima disebabkan dia mempunyai motif tersendiri untuk berbuat demikian. Motif ini adalah motif ingin tahu. Tindak balas ini akan melahirkan rasa kepuasan dalam diri individu berkenaan. Gerak balas pada mulanya atas arahan terpaksa dan akhirnya akan menjadi kepuasan.
3.      Penilaian
Seseorang itu memahami nilai sesuatu perbuatan yang dilakukan kepada masyarakat. Nilai atau motif ini boleh dianggap motif luaran atau menjadi landasan kepada setiap individu.
Jenis penilaian:
  • penerimaan semua nilai yang menjadi landasan kepada penerimaan
  • pemilihan nilai tertentu dari nilai-nilai yang didedahkan kepada landasan pendiriannya
  • komitmen memegang teguh kepada sesuatu kepercayaan (satu set nilai) yang menjadi landasan pendirian dan menerima cabaran
4.      Organisasi
Seseorang itu boleh menyusun semula sesuatu nilai kepada suatu set susunan yang sistematik. Pengkonsepsualisasikan nilai-nilai dan membentuk pertalian di antaranya dan menyusun nilai-nilai konsep itu.
5.      Perwatakan
Seseorang itu mematuhi sesuatu sistem nilai dan sanggup mengamalkannya sebagai satu cara hidup

PERMASALAHAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN




1.         Jenis-Jenis Masalah Belajar

Masalah belajar memiliki bentuk yang banyak ragamnya, diantaranya:
1.      Keterampilan Akademik
Keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.
2.      Keterampilan dalam Belajar
Keadaan siswa yang memiliki IQ 130 atau lebih tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajar yang amat tinggi.
3.      Sangat Lambat dalam Belajar
Keadaan siswa yang memiliki akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
4.      Kurang Motivasi dalam Belajar
Keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam belajar mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
5.      Bersikap dan Berkebiasaan Buruk dalam Belajar
Kondisi siswa yang kegiatan atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistic dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahuinya dan sebagainya.

Beberapa ciri tingkah laku yang merupakan pernyataan manifestasi gejala kesulitan belajar antara lain:
Ø  Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rat
Ø  Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan
Ø  Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar
Ø  Menunjukkan sikap yang kurang wajar
Ø  Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan
Ø  Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar.

Seorang siswa dapat diduga mengalami kesulitan belajar, kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu.  Seperti ukuran kriteria yang dinyatakan dalam TIK atau ukuran tingkat kapasitas atau kemampuannya.

Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan-hambatan itu bisa ada yang disadari dan mungkin juga tidak disadari oleh yang mengalaminya, hambatan itu dapat bersifat psikologis, sosiologis, dan fisiologis dalam keseluruhan proses belajar. Orang yang mengalami kesulitan belajar akan mengalami hambatan dalam mencapai hasil belajarnya.

2.      Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Masalah Belajar

1.      Faktor yang Bersumber dari Diri Pribadi (Internal)

Faktor yang bersumber dari diri pribadi sendiri yaitu :

a.      Faktor Psikologis

Ø  Intelegensi
Siswa yang mempunyai intelegensi tinggi akan lebih mudah dalam memahami pelajaran yang diberikan guru atau lebih berhasil dibandingkan dengan siswa-siswa yang berintelegensi rendah.
Ø  Bakat
Apabila bahan yang dipelajari oleh siswa tidak sesuai dengan bakatnya maka siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar.
Ø  Motivasi
Prestasi belajar siswa bisa menurun apabila siswa tersebut tidak mempunyai motivasi dalam belajar.

b.      Faktor Fisiologis

Gangguan-gangguan fisik dapat berupa gangguan pada alat-alat penglihatan dan pendengaran yang dapat menimbulkan kesulitan belajar. Seperti gangguan visual yang sering disertai dengan gejala pusing, mual, sakit kepala, malas, dan kehilangan konsentrasi pada pelajaran.

2.      Faktor Eksternal

a.      Faktor yang Bersumber dari Lingkungan Sekolah :

Ø  Metode mengajar
Apabila guru menggunakan metode yang sama untuk semua bidang studi dan pada setiap pertemuan akan membosankan siswa dalam belajar.
Ø  Hubungan guru dengan guru, guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa
Dalam proses pendidikan, antar guru, guru dengan siswa, dan antar siswa tidak terjalin hubungan yang baik dan harmonis untuk bekerja sama, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar. Karena antar personal sekolah akan saling menyebutkan kelemahan dari personal lain dan terjadinya persaingan yang kurang sehat.
Ø  Sarana dan prasarana
Alat-alat belajar yang kurang atau tidak lengkap, buku-buku sumber yang diperlukan sulit didapatkan, ruang kelas, ruang kelas tidak mencukupi syarat seperti terlalu panas, pengap, dan ruang kecil yang tidak sesuai dengan jumlah siswa.

b.      Faktor Keluarga
Ø  Keadaan ekonomi keluarga
Apabila anak hidup dalam keluarga yang miskin dan harus bekerja membantu mencari tambahan ekonomi keluarga akan menimbulkan kesulitan bagi anak, mungkin akan terlambat datang, tidak dapat membeli peralatan sekolah yang dibutuhkan, tidak dapat memusatkan perhatian karena sudah lelah dan sebagainya.

Ø  Hubungan antar sesama anggota keluarga
Apabila hubungan antar keluarga tidak harmonis, seperti orang tua sering bertengkar, orang tua otoriter, peraturan yang ketat, dan sebagainya, maka anak tidak bisa berkonsentrasi dalam belajar.

Ø  Tuntutan orang tua
Tuntutan orang tua dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi anak apabila tuntutan itu tidak sesuai dengan kemampuan, minat, dan bakat anak.

c.       Faktor Lingkungan Masyarakat
Faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat yang dapat menimbulkan kesulitan belajar adalah media cetak, komik, buku-buku pornografi, media elektronik, TV, VCD, video, play station, dan sebagainya.

3.     Cara Pengungkapan Masalah Belajar

Tes hasil belajar adalah suatu alat yang disusun untuk mengungkapkan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

a.      Tes kemampuan dasar
Tingkat kemampuan dasar biasa diukur dengan mengadministrasikan tes intelegensi yang sudah baku.

b.      Melalui Pengisian AUM PTSDL
Siswa mengisi alat ungkap masalah yang berkenaan dengan masalah belajar.

c.       Tes Diagnostik
Merupakan instrumen untuk mengungkapkan adanya kesalahan-kesalahan yang dialami oleh siswa dalam bidang pelajaran tertentu.

d.      Analisis Hasil Belajar
Tujuannya sama dengan tujuan tes diagnostik.

e.    Langkah-langkah atau Prosedur dan Teknik Penggunaan Masalah (diagnosa kesulitan belajar)
1.      Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar
2.      Melokasikan letaknya kesulitan (permasalahan)
3.      Lokalisasi jenis faktor sifat yang menyebabkan mereka mengalami berbagai kesulitan
4.      Perkiraan kemungkinan bantuan
5.      Penetapan kemungkinan cara mengatasinya
6.      Tindak lanjut.

4.      Upaya Pengentasan Masalah Belajar

a.             Pengajaran Perbaikan
Merupakan pelayanan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok siswa yang menghadapi masalah-masalah belajar dengan maksud untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam proses dan hasil belajar siswa.
b.             Program Pengayaan
Merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada seseorang atau beberapa siswa yang sangat cepat dalam belajar.
c.             Peningkatan Motifasi Belajar
Prosedur-prosedur yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa: 1) Memperjelas tujuan belajar, 2) Menyesuaikan pengajaran dengan bakat, kemampuan dan minat siswa, 3) Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, meransang dan menyenangkan, 4) Memberikan hadiah (penguatan dan hukuman bila perlu), 5) Menciptakan hubungan yang hangat dan dinamis, 6) Menghindari tekanan-tekanan dan suasanayang tidak menentu, 7) Melengkapi sumber dan peralatan mengajar.
d.             Pengembangan sikap dan Kebiasaan Belajar yang baik
Setiap siswa diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif.
e.             Layanan Konseling Individual
Konseling dimaksud sebagai pelayanan khusus dalam hubungan langsung tatap muka antara konselor dan klien.


Rabu, 27 November 2013

RESUME TEORI BELAJAR HUMANISTIK

Konsep dasar teori humanistik

Tujuan belajar adalah untuk memanusiakan seorang manusia untuk mampu mengaktualisasikan diri dalam hidup dan penghidupannya.
Konsep belajar humanistik berangkat dari aliran psikologi humanistic
Menitik-beratkan pada kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal, otonomi, tujuan dan pemaknaan
Belajar harus berorientasi pada peserta didik sebagai subjek belajar
Pendidikan yang efektif menurut aliran ini adalah pendidikan yang berpusat pada minat, dan kebutuhan-kebutuhan peserta didik
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran yang humanis adalah pendekatan dialogis, reflektif, dan ekspresif
Pendekatan Humanistik mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia pendidikan.
Pendekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif
Belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri
Teori Humanistik menekankan kognitif dan memengaruhi proses

Implementasi dalam pembelajaran


Guru Sebagai Fasilitator :

memberi perhatian dan motivasi
membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum
Memahami karakteristik siswa
mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar
Dapat menyesuaikan dirinya bersama siswanya
Berbaur dengan siswanya, berkomunikasi dengan sangat baik bersama siswanya
Dapat memahami dirinya dan tentunya agar dapat memahami siswanya

Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :

Merumuskan tujuan belajar yang jelas
Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif.
Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukan apa yang diinginkan dan menanggung risiko dari perilaku yang ditunjukkan.
Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa

Ciri-ciri guru yang baik menurut teori humanistik
Guru yang memiliki rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah dan wajar. Ruang kelads lebih terbuka dan mampu menyesuaikan  pada perubahan.

Tokoh-tokoh dalam teori Humanistik
1. Abraham Maslow

Di kenal sebagai pelopor aliran humanistik. Maslow percaya bahwa manusia bergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang paling di kenal adalah teori tentang Hierarchy of Needs ( Hirarki kebutuhan ). Dia mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri orang memiliki rasa takut yang dapat membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan. Manusia juga bermotivasi untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan hidupnya. Kebutuhan – kebutuhan tersebut memiliki hirarki ( tingkatan ) mulai dari yang rendah sampai yang tinggi. Adapun hirarki – hirarki tersebut adalah : 

Kebutuhan fisiologis atau dasar
Kebutuhan akan aman dan tenteram
Kebutuhan akan dicintai dan disayangi
Kebutuhan untuk dihargai
Kebutuhan untuk aktualisasi diri 


2. Carl Ransom Rogers

Mereka berpendapat bahwa belajar yang sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik. Oleh karena itu, menurut teori belajar humanisme bahwa motifasi belajar harus bersumber pada diri peserta didik. 

Dua ciri belajar, yaitu: 
Belajar yang bermakna : Proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran dan perasaan peserta didik. 
Belajar yang tidak bermakna : Proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran akan tetapi tidak melibatkan aspek perasaan peserta didik. 
Peranan guru dalam kegiatan belajar siswa menurut pandangan teori humanisme adalah sebagai 

fasilitator yang berperan aktif dalam : 
Membantu menciptakan iklim kelas yang kondusif agar siswa bersikap positif terhadap belajar. 
Membantu siswa untuk memperjelas tujuan belajarnya dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar. 
Membantu siswa untuk memanfaatkan dorongan dan cita-cita mereka sebagai kekuatan pendorong belajar. 
Menyediakan berbagai sumber belajar kepada siswa. 
Menerima pertanyaan dan pendapat, serta perasaan dari berbagai siswa sebagaimana adanya

3. Arthur Combs
Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya. 

Lukisan persepsi diri : 
Lingkaran kecil : Gambaran ersepsi diri 
Lingkaran besar : Persepsi dunia 

4. Kolb 
4 tahap belajar : 
Tahap pengalaman kongkre : Seseorang mampu atau dapat mengalami suatu peristiwa atau suatu kejadian sebagaimana adanya. 
Tahap pengalaman aktif dan reflektif : Seseorang makin lama akan semakin mampu melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya. 
Tahap konseptualisasi : Seseorang sudah mulai berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep, atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi objek perhatiannya. 
Tahap eksperimentasi aktif : Melakukan eksperimentasi secara aktif

5. Honey Dan Mumford 
4 golongan orang belajar : 
Kelompok aktivis : mereka yang senang melibatkan diri dan berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru. 
Golongan reflector : mempunyai kecenderungan yang berlawanan dengan mereka yang termasuk kelompok aktivis.
Kelompok teoritis : Mereka memiliki kecenderugan yang sangat krritis, suka menganalisis, selalu berfikir rasional dengan menggunakan penalarannya.
Golongan pragmatis : mereka memiliki sifat-sifat praktis, tidak suka berpanjang lebar dengan teori-teori, konsep-konsep, dalil-dalil, dan sebagainya 

6. Habermas 
belajar baru akan terjadi jika ada interaksi antara individu dengan lingkungannya (lingkungan alam maupun lingkkungan sosial). 
3 tipe belajar : 
Belajar teknis (technical learning) : Belajar teknis adalah belajar bagaimana seseorang dapat beinteraksi dengan lingkungan alamnya secara benar. 
Belajar praktis (practical learning) : Belajar praktis adalah belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, yaitu dengan orang-orang di sekelilingnya dengan baik. 
Belajar emansipatoris menekanan upaya agar seseorang mencapai suatu pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan terjadinya perubahan atau informasi budaya dalam lingkungan sosialnya.

7. Bloom dan Krathwohl 

3 kawasan yang mungkin dipelajari : 
Kognitif : Pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi 
Psikomotor : Peniruan, penggunaan, ketepatan, perangkaian, naturalisasi 
Afektif : Pengenalan, merespon, penghargaan, pengorganisasian, pengalaman 

Kelebihan teori Humanistik 
Bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis terhadap fenomena sosial.
Siswa merasa senang, berinisiatif dalam belajar,.
Guru menerima siswa apa adanya,memahami jalan pikiran siswa.
Siswa mempunyai banyak pengalaman yang berarti
Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah.
Indikator dari keberhasilan aplikasi ini ialah siswa merasa senang dan bergairah
Terjadinya perubahan pola piker
Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara tanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang-orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin, atau etika yang berlaku
Siswa dituntut untuk berusaha agar lambat laun mampu mencapai aktualisai diri dengan sebaik-baiknya.

Kekurangan teori Humanistik
Bersifat individual.
Proses belajar tidak akan berhasil jika tidak ada motivasi dan lingkungan yang mendukung.
Sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis
Peserta didik kesulitan dalam mengenal diri dan potensi-potensi yang ada pada diri mereka.
Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses belajar.
Siswa tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam proses belajar
Peran guru dalam proses pembentukan dan pendewasaan kepribadian siswa menjadi berkurang
Keberhasilan proses belajar lebih banyak ditentukan oleh siswa itu sendiri

Rabu, 20 November 2013

RESUME TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME

TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME

Asal kata konstruktivisme adalah “to construct” yang artinya membangun atau menyusun. Konstruktivisme memandang belajar sebagai proses di mana pembelajar secara aktif  mengkonstruksi  atau  membangun  gagasan-gagasan  atau  konsep-konsep  baru didasarkan atas pengetahuan yang telah dimiliki di masa lalu atau ada pada saat itu. Dengan  kata  lain, ”belajar  melibatkan konstruksi  pengetahuan seseorang  dari pengalamannya sendiri oleh dirinya sendiri”. Dengan  demikian, belajar  menurut konstruktivis  merupakan upaya keras  yang sangat  personal, sedangkan  internalisasi konsep,  hukum,  dan  prinsip-prinsip umum  sebagai konsekuensinya  seharusnya diaplikasikan  dalam  konteks  dunia nyata.  Guru bertindak sebagai fasilitator yang meyakinkan siswa untuk menemukan  sendiri prinsip-prinsip  dan  mengkonstruksi pengetahuan dengan memecahkan problem-problem yang realstis. Konstruktivisme juga dikenal sebagai  konstruksi pengetahuan sebagai suatu proses sosial. 

TUJUAN KONSTRUKTIVISME

      Menumbuhkan motivasi siswa bahwa belajar merupakan tanggung jawabnya sendiri

      Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya


      Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri

CIRI-CIRI PEMBELAJARAN SECARA KONSTRUKTIVISME

Adapun ciri – ciri pembelajaran secara kontruktivisme adalah:
1.      Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam dunia sebenarnya.
2.      Menyokong pembelajaran secara koperatif mengambil kira sikap dan pembawaan murid.
3.      Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid & guru.
4.      Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran.
5.      Menggalakkan proses inkuiri murid melalui kajian dan eksperimen.


PRINSIP-PRINSIP KONSTRUKTIVISME
1.      Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
2.      Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar
3.      Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
4.      Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa
5.      Mencari dan menilai pendapat siswa

TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME MENURUT JEAN PIAGET
 Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159) menegaskan bahwa penekanan teori kontruktivisme pada proses untuk menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun dari realitas lapangan. Peran guru dalam pembelajaran menurut teori kontruktivisme adalah sebagai fasilitator atau moderator.

A.    Skemata

Skema/skemata adalah struktur kognitif yang dengannya seseorang beradaptasi dan terus mengalami perkembangan mental dalam interaksinya dengan lingkungan.

B.     Asimilasi

Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya.

C.     Akomodasi

Akomodasi adalah proses pembentukan skema atau karena konsep awal sudah tidak cocok lagi.

D.    Keseimbangan

Ekuilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi


TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME MENURUT VGOTSKY
Menyatakan bahwa siswa dalam mengkonstruksi suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial.  Konstruktivisme ini oleh Vygotsky disebut konstruktivisme social.
Ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky, yaitu
1.      1. Zone of Proximal Development (ZPD)
2.      2.  scaffolding.

Implikasi Konstruktivisme dalam Pembelajaran

1.      tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi,

2.      kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari dan


3.      peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI KONSTRUKTIVISME
1Berpikir : 
Dalam proses membina pengetahuan baru, murid berpikir untuk menyelesaikan masalah, menjana idea dan membuat keputusan.
2.  Faham : 
Oleh karena murid terlibat secara langsung dalam membina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi.
3.   Ingat : 
Oleh karana murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Yakin Murid melalui pendekatan ini membina sendiri kefahaman mereka. Justru mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.

4.  Kemahiran sosial : 
Kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan rakan dan guru dalam membina pengetahuan baru.
5.   Seronok : 
Oleh kerana mereka terlibat secara terus, mereka paham, ingat, yakin dan berinteraksi dengan sihat, maka mereka akan berasa seronok belajar dalam membina pengetahuan baru.
         Kelemahan
Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik sepertinya kurang begitu mendukung.

KLASIFIKASI BELAJAR
Ø  reception learning
Ø  rote learning
Ø  constructivisme
Ø  kognitif gestalt
FUNCTION OF TEACHER

The modern teacher is a facilitator: a person who assists student to learn for themselves. ( Stephen Wall)

TEORI PIAGET

Ø  Able to solve concrete (hands-on) problems in logical fashion
Ø  Understands law of conversation and id able to classify and seriate
Ø  Understand reversibility

1.      Pengurutan : mengurutkan dari hal yang besar ke yang kecil ataupun sebaliknya melalaui benda-benda
2.      Klasifikasi  : membedakan suatu benda dengan menggunakan warna atau bentuk misalnya pada masa anak-anak
3.      Decentering : membuat suatu proyek pekerjaaan dengan menggunakan berbagai unsur
4.      Reversibility : misalnya ketika anak kecil bermain suatu mainan dia akan merapihkannya dan kemudian memberantakan kembali.
5.      Penghilang sifat egosentrisme : karena akan susah untu berfikir secara umum