Menurut UNESCO belajar meliputi 4 pilar yaitu:
1. Learning to know ( Pengetahuan)
2. Learning to do ( melakukan sesuatu)
3. Learning to be ( menjadi pribadi yang utuh)
4. Learning to live together ( Hidup Bersama)
1.
Learning
to know
Dalam suatu lembaga
pendidikan haruslah memprioritaskan keberhasilan sebuah proses pembelajaran,
hal tersebut haruslah diaktualisasikan, karena mengingat bahwasanya pendidikan
adalah hal yang sangat penting di era yang terus berkembang pesat dalam hal pengetahuan
dan teknologi saat ini.
Tahapan awal untuk
menciptakan pendidikan yang baik dan berkualitas adalah dengan mengetahui,
memahami dan menerapkan pilar-pilar dalam pendidikan, dan learning to know atau
belajar untuk mengetahui adalah pilar utama dalam sebuah pendidikan yang
mempunyai nilai-nilai dan keyakinan yang menjadikannya sebuah kunci dalam suatu
pendidikan. Proses-proses utama yang menjadi kunci dalam hal tersebut,
meliputi:
1. Meninjau dan mengklarifikasi
nilai-nilai dan keyakinan
2. Menyatakan misi dan tujuan pendidikan
3. Mengembangkan pemahaman tentang
bagaimana siswa belajar
4. Responsif terhadap konteks dalam
menentukan apa yang harus dipelajari oleh siswa dalam jangka waktu mereka
mengenyam pendidikan di sekolah formal ataupun non formal
Selama mengenyam
pendidikan di manapun dan kapanpun proses itu terjadi, secara tidak langsung
telah mengajarkan kita untuk memahami
tentang sifat manusia, alam, dan berbagai kecerdasan manusia lainnya.
2.
Learning
to do
Dalam
pembahasan ini akan dipaparkan tahap kedua yaitu belajar melakukan sesuatu
(berkarya). Sebelum masuk pada tahap belajar berkarya, disini akan dipaparkan
dahulu pengertian dari belajar berkarya.
1.
Pengertian
Belajar dan Berkarya
Belajar
adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku
sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Berkarya artinya mengerjakan suatu pekerjaan
sampai menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi semua orang. Berkarya sangat
erat untuk hubungannya dengan kerja keras. Kerja keras menunjukkan bahwa
seseorang mempunyai keinginan untuk memperoleh hasil secara baik dan efektif.
2.
Hakikat
Learning to Do
Learning to do (belajar untuk
melakukan sesuatu) adalah sebuah aspek psikomotorik yang harus diberikan kepada
anak didik. Aspek psikomotorik ini dapat diterjemahkan dalam segala kegatan
belajar – mengajar. Proses pembelajaran dalam konsep learning to do adalah peserta didik harus mau dan mampu
(berani) mengaktualisasi keterampilan yang dimilikinya, selain bakat dan minat
yang telah dimiliki sejak awal. Berani mengaktualisasi minat dan bakatnya,
berarti peserta didik diarahkan untuk menyadari kelebihan dan
3.
Hal-hal
yang terkait dengan belajar melakukan sesuatu atau untuk berkarya (learning to
do)
a.
Martabat manusia
dan martabat tenaga kerja
b.
Kesehatan dan
keharmonisan dengan alam
c.
Kebenaran dan
kebijaksanaan
d.
Cinta dan kasih sayang
e.
Kreativitas
f.
Perdamaian dan
keadilan
g.
Pembangunan berkelanjutan
h.
Persatuan dan
solidaritas nasional
i.
Spiritual global
3.
Learning to be
Dua
pilar pertama ditujukan bagi lahirnya generasi muda yang mampu mencari
informasi dan/ menemukan ilmu pengetahuan, yang mampu melaksanakan tugas dalam
memecahkan masalah, dan mampu bekerjasama, bertenggang rasa, dan toleran
terhadap perbedaan. Bila ketiganya berhasil dengan memuaskan akan menimbulkan
adanya rasa percaya diri pada masing-masing peserta didik.
Konsep
learning to be perlu dihayati oleh
praktisi pendidikan untuk melatih siswa agar memiliki rasa percaya diri yang
tinggi. Kepercayaan merupakan modal utama bagi siswa untuk hidup dalam
masyarakat. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari
proses menjadi diri sendiri (learning to be) (Atika, 2010). Menjadi diri
sendiri diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri.
Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat,
belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapain
aktualisasi diri.
Learning to be mengandung
arti bahwa belajar adalah proses untuk membentuk manusia yang memiliki jati
dirinya sendiri. Oleh karena itu, pendidik harus berusaha memfasilitasi peserta
didik agar bealajar mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu yang
berkepribadian utuh dan bertanggung jawab sebagai individu sekaligus sebagai
anggota masyarakat.
4. Learning to live together
Pilar yang terakhir merupakan pilar yang
menekankan peserta didik kepada bentuk pengaplikasian belajar di tengah –
tengah masyrakat. Dalam mencapai kehidupan bersama
diperlukan usaha-usaha, cara-cara dan kunci-kunci yang lebih menonjolkan sifat
kebersamaan atau rasa kepedulian social yang tinggi. Karena dalam mencapai
kehidupan bersama rasa kebersamaan tersebut harus diawali dari individu
terlebih dahulu sebelum akhirnya kepada ruang lingkup yang lebih luas. Setiap individu
harus memulai usaha sosialisasi dan rasa kebersamaan di dalam kehidupan,
sehiingga kehidupan bersama dapat didapatkan dengan mudah. Usaha tersebut yaitu
dengan menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling membutuhkan satu dengan yang
lainnya. Dan untuk memasuki abad baru atau dunia “kita” bersama-sama maka
memerlukan kunci di bawah ini, yaitu :
a.
Memahami diri sendiri, satu sama lain dan
dunia
b.
Menggunakan teknologi baru secara kritis
c.
Mencari tempat kita di masyarakat
d.
Membangun dunia lebih layak dan lebih adil
Dan dalam mencapai keberhasilan yang
diinginkan, yaitu dapat hidup bersama tanpa adanya rasa keberatan atau
ketidaknyamanan pada diri sendiri pastilah terdapat masalah-masalah demi terciptanya
kehidupan bersama tersebut, dan amsala-masalah itu di antaranya :
a.
Menemukan orang lain dengan menemukan diri
sendiri
b.
Mengadopsi perspektif kelomppok etnis,
agama dan social lainnya
c.
Berpartisipasi dalam proyek dengan
orang-orang dari kelompok
d. Mengembangkan kemampuan untuk
menyelesaikan ketegangan dan konflik
0 komentar:
Posting Komentar