Pages

Minggu, 03 November 2013

TEORI DISIPLIN MENTAL


A. Pengertian Teori Disiplin Mental
Teori belajar disiplin mental berkembang sebelum abad ke-20. Teori ini tanpa dilandasi eksperimen dan hanya berdasar pada filosof atau spekulatif. Walaupun berkembang sebelum abad ke-20, namun teori disiplin mental sampai sekarang masih ada pengaruhnya, terutama dalam pelaksanaan pengajaran disekolah-sekolah. Teori ini menganggap bahwa secara psikologi individu memiliki kekuatan, kemamouan atau potensi-potensi tertentu. Belajar adalah pengalaman dari kekuatan, kemampuan dan potensi-potensi tersebut.
Teori belajar disiplin mental, merupakan salah satu pandangan yang mula-mula memberikan definisi tentang belajar yang disusun oleh filsuf Yunani bernama Plato. Pandangan filsafatnya yaitu tentang idealisme yang melukiskan pikiran dan jiwa yang bersifat dasar bagi segala sesuatu yang ada. Idealisme hanyalah ide murni yang ada di dalam fikiran, karena pengetahuan orang berasal dari ide yang ada sejak kelahirannya. Belajar dilukiskan sebegai pengembangan oleh fikiran yang bersifat keturunan. Kepercayaan ini kemudian dikenal sebagai konsep “Disiplin Mental” (Bell Gredler, 1994:21)
Dalam teori disiplin mental individu memiliki kekuatan, kemampuan atau potensi-potensi tertentu. Menurut Jean Jacques Rosseon, anak memiliki potensi-potensi yangmasih terpendam, melalui belajar anak harus diberi kesempatan untuk mengembangkan atau mengaktualkan potensi tersebut.
Menurut psikologi atau Faculty Psychology individu memilikimsejumlah daya-daya seperti daya mengenal, mengingat, menganggap, mengkhayal, berfikir dan sebagainya. Daya itu dapat dikembangkan melalui latihan dalam bentuk ulangan, kala anak dilatih banyak mengulang-ulang, menghapal sesuatu maka ia akan ingat terus akan hal itu.
Menurut rumpuan teori disiplin mental, dari kelahirannya atau secara herediter, anak telah memiliki potensi-potensi tertentu. Ada beberapa teori yang termasuk rumpun disiplin mental sebagai berikut:
  1. Teori disiplin mental Theistic, berasal dari psikologi daya seperti mengamati, menganggap, mengingat, berfikir, memecahkan masalah dan sebagainya.
  2. Teori disiplin mental Humanistik, lebih mementingkan keseluruhan – keutuhan.
  3. Teori disiplin mental Naturalisme, teori ini mempunyai potensi atau kemampuan untuk berbuat atau melaksanakan tugas, tetapi juga memiliki kemauan dan kemampuan untuk berkembang dan belajar sendiri.
  4. Teori disiplin mental Apresiasi, teori ini membantu anak untuk mempunyai kemampuan untuk mempelajari sesuatu dan menguasai pengetahuan selanjutnya. Demikian seterusnya, semakin tinggi pula masa apresiasinya.
B. Tujuan, Asumsi Dasar Disiplin Mental
Teori belajar disiplin mental menjadi dasar untuk disusunnya strategi dan model pembelajaran untuk diterapkan bagi siswa. Model pembelajaaran yang diaksud adalaah suatu perencanaan atau suatu pola yang menggunakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial serta untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran (Triyanto, 2007:1)
Dalam kalangan anak-anak, bsik dilngkungan keluarga ataupun disekolah, hamper semua aspek pembelajaran bisa dilakukan dengan cara disiplinn, seperti pembiasaan secara tetap akan suatu pekerjaan, latihan tetap terhadapsuatu keterampilan, disiplin diri dalam bertindak, disiplin mengendalikan diri, bekerja keras dengan disiplin tetap, serta adanya arahan-arahan motivasi dari pihak lain. Semua itu jika dilakukan akan menghasilkan manusia yang memiliki kemampuan unggul dibidang yang dikerjakannya atau dilatihnya secara disiplin tadi. Memang, pada asalnya disiplin dilakukan oleh adanya aturan-aturan eksternal, namun secara tidak langsung, jika hal itu dilakukan secara terus menerus dalam waktu yang lama akan menghasilkan perilaku disiplin internal.
Teori disiplin mental relevan apabila diterapkan dalam system pembelajaran, karena criteria belajar bagi siswa adalah adanya perubahan perilaku pada diri individu, perubahan perilaku yang terjadi hasil dari pengalaman dan perubahan tersebut relative menetap (Suciati, 2005:13). Berdasarkan criteria tersebut tentu saja teori belajar disiplin mental dapat diterapkan sebagai media untuk menambah pengetahuan unuk perubahan perilaku individu secara menetap dan berdasarkan hasil pengalaman dalam proses belajar mengajar.
C.    Implementasi Teori Belajar Disiplin Mental

Teori belajar disiplin mental apabila diimplementasikan dampak positifnya menjadikan siswa semakin hari semakin meningkat kemampuannya dalam menguasai materi dan keterampilan. Siswa menjadi disiplin untuk mempelajari materi pembelajaran setahap demi setahap, dan semakin lama akan semakin banyak. Dampak negatif dari penerapan disiplin mental apabila dilaksanakan secara dominan dan tidak memperhatikan faktor-faktor psikologi akan menjadi siswa menjadi tegang dan proses belajar mengajar tidak bervariatif. Segi kognitif siswa yang kadang-kadang tidak cocok dengan metode pembelajaran berbasis disiplin mental menjadi terbebani dengan pembelajaran tersebut.
Guru dapat mengembangkan potensi siswa yaitu dengan cara :
1.      Guru harus kreatif (potensi siswa diasah dan dilatih), hal ini ada dalam teori daya (teori yang  masih serumpun dengan teori belajar disiplin mental).
2.      Yakin bahwa semua individu memiliki potensi, bakat, dan lain-lain (teori netivisme).
3.      Jika guru tidak mampu mengembangkan potensi siswa yang khusus, maka guru harus mendekati potensi siswa yang umum. Contohnya, guru harus memberikan rasa aman kepada siswanya, dalam artian guru tidak boleh mempermalukan siswanya di depan kelak.


http://trioredosaputra-tp-unbara.blogspot.com/2012/12/teori-disiplin-mental.html 
http://duniaq-pelangiharapan.blogspot.com/2012/04/teori-disiplin-mental.html

0 komentar:

Posting Komentar