BEHAVIORISME
Pendekatan-pendekatan dalam psikologis yang
didasarkan atas proporsi (gagasan awal) bahwa perilaku dapat dipelajari & dijelaskan secara
ilmiah.
Kelebihan
Behaviorisme
Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan
kondusif dengan cara pendekatan langsung kepada siswanya. Dengan itu semua
jadinya siswa akan mempunyai minat dan kemauan untuk belajar.
Kekurangan
Behaviorisme
Jadi bisa menimbulkan ketergantungan kepada siswanya
karena pasti setiap mereka bertindak atau melakukan kegiatan harus menunggu
pemberian dari sang gurunya. Berartin mereka melakukan itu semua semata-mata
hanya ingin mendapat imbalan.
Prinsip-prinsip
Teori Belajar Behavioristik:
1. Reinforcement
and punishment
2. Primary
and secondary reinforcement (kebutuhan pokok makanan, minuman dan kennyamanan)
3. schedule
of reinforcement (pemberian rangsangan secara terjadwal. Contohnya eksperiment pavlov)
4. Contingency
management (berhubungan dengan kesehatan mental sesorang, untuk meberikan
perawatan kejiwaan. Pendidik jgn terlalu berlebih dalam meberi punishment agar
jiwa terdidik menjadi terawat)
5. Stimulus
control in operant learning (mengendalikan rangsangan untuk menghasilkan
perilaku yang diharapkan. Stimulus yang tak terkendali akan menghasilkan perilaku
output yg tdk sesuai)
6. The
elimination of responses (pengahpusan perilaku yang tdk diinginkan).
Teori
Pengkodisian Klasik Pavlov
1. Fase Akuisisi
2. Fase Eliminasi
3. Generalisasi
4. Deskriminasi
2. Fase Eliminasi
3. Generalisasi
4. Deskriminasi
Teori
kontiguitas dari Guthrie
Teori Kontiguitas adalah suatu proses perubahan yang
terjadikarena adanya syarat-syarat (Conditions) yang kemudian menimbulkan
reaksi (Respons)
Koneksionisme
Belajar adalah hubungan antara S-R itulah sebabnya
teori ini juga disebut “S-R bond theory” & “S-R psychology of learning”
selain itu, teori ini dikenal dengan sebutan “trial and error learning”
Ciri-ciri
pembelajaran Trial dan error
1. Ada
motif pendorong aktivitas
2. Ada
berbagai respons terhadap situasi
3. Ada
eliminasi repon-respon terhadap situasi
4. Ada
kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan dari penelitiannya learning
3
hukum dasar Thorndike
- law of
readiness; jika reaksi terhadap stimulus didukung oleh kesiapan untuk bertindak
atau bereaksi itu, maka reaksi menjadi memuaskan.
- law of
exercise; makin banyak dipraktekkan atau digunakannya hubungan stimulasi
respon, makin kuat hubungan itu.
Praktek perlu disertai dengan “reward”.
- law of effect”; bilamana terjadi hubungan
antara stimulus dan respon dan dibarengi dengan “state of affairs” yang
memuaskan, maka hubungan itu menjadi lebih kuat. Bila mana hubungan dibarengi
“state of affairs” yang mengganggu, maka kekuatan hubungan menjadi berkurang.
Kemungkinan
proses yang menyertai
1. Proses kepunahan
(extinction)
2. Pemulihan spontan (pontaneous recovery)
3. Generalisasi
4. Diskriminasi
5. Conditioning tingkat tinggi (higher order
conditioning)
Skinner membagi penguatan ini menjadi dua bagian:
Penguatan
positif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa
frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung
(rewarding).
Penguatan
negatif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa
frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang
merugikan (tidak menyenangkan).
Kelebihan teori Skinner
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai
setiap anak didiknya. Hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman.
Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga
dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.
Kekurangan teori Skinner
Beberapa kelemahan
dari teori ini berdasarkan analisa teknologi (Margaret E. B. G. 1994)
adalah bahwa:
keseringan respon
sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai ukuran peluang kejadian.
Disamping itu pula, tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat
membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. hal
tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Menurut Skinner
hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya.
Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari
kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar,
ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.
0 komentar:
Posting Komentar