Siapa bisa menampik bahwa Bekasi adalah kawasan yang padat dan tumbuh sporadis dalam lima tahun terakhir? Secara kasat mata, mudah menyaksikan betapa padatnya Bekasi dengan segala macam aktivitas, termasuk pembangunan propertinya.
Bayangkan, kawasan yang dulunya sentra agraris, berubah drastis menjadi lumbung apartemen dan pusat belanja serta ruko komersial. Dampak instensnya pembangunan fisik properti ini menciptakan tingkat mobilitas semakin tinggi.
Intensitas dan frekuensi ulang alik masyarakat (komuter) yang bekerja di Jakarta dan tinggal di Bekasi kian bertambah. Pasalnya, banyak yang memilih kawasan ini sebagai tempat tinggal, baik di apartemen maupun rumah tapak. Terlebih properti-properti yang ditawarkan memilikigimmick menarik seperti harga kompetitif, dekat dengan stasiun kereta, terminal bis, atau akses tol, serta "bebas banjir".
Di kawasan ini hingga ke arah timur (Cikarang), setidaknya terdapat sepuluh perumahan besar skala kota. Di antaranya Kemang Pratama, Grand Galaxy, Summarecon Bekasi, Kota Harapan Indah, Grand Wisata, Jababeka, Lippo Cikarang, dan Kota Deltamas.
Sementara sebagian besar lainnya merupakan perumahan skala menengah dan kecil yang menawarkan harga dengan rentang variatif mulai dari Rp 200 jutaan hingga Rp 500 juta per unit.
Properti lainnya yang diincar dan menjadi instrumen kebutuhan serta investasi baru adalah apartemen. Bekasi bakal disesaki sekitar 18.128 unit dari 16 proyek apartemen dari berbagai pengembang. Kisaran harganya Rp 200 juta hingga Rp 700 juta per unit.
Wajar bila kemudian Bekasi menjadi pilihan, selain kawasan satelit Jakarta lainnya seperti Tangerang Selatan, Bogor, dan Depok.
Hanya, menjadi pertanyaan besar, siapkah Bekasi menghadapi perubahan masif tersebut? Pasalnya, kota ini memiliki masalah yang nyaris serupa dengan tetangga-tetangganya.
Seorang penduduk Bekasi Timur, Sonang, mengaku kepada Kompas.com bahwa tempat tinggalnya kini tidak hanya semakin padat, namun juga macet, dan berpotensi terkena banjir setiap hujan turun.
"Macet, banjir juga. Bendungan yang di Bekasi tidak dibuka kemarin. Dampaknya, perumahan tenggelam. Kalau dibuka, mal-mal di Bekasi akan banjir," ujarnya, Sabtu (22/2/2014).
Sonang hanya satu potret dari jutaan penduduk Bekasi lainnya. Menurut data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bekasi, pada 2011 kota tersebut dihuni oleh 2.447.930 penduduk. Jumlah ini tersebar dalam 12 kecamatan, dengan jumlah penduduk terbanyak menempati Kecamatan Bekasi Utara (332.040 penduduk), Pondokgede (298.737 penduduk), Bekasi Barat (286.135 penduduk), dan Bekasi Timur (256.592 penduduk). Jumlah ini pun belum termasuk penduduk yang tinggal sementara.
Berdasarkan perbandingan luas wilayah dan banyaknya jumlah penduduk, data menyebutkan bahwa Bekasi Timur merupakan wilayah terpadat dengan 19.020 penduduk/km2. Disusul Pondokgede sebanyak 18.338 penduduk/km2, dan Bekasi Utara dipadati 16.897 penduduk/km2. Ketiganya merupakan daerah terpadat di Bekasi.
Potensi bisnis
Bagi pengembang, padatnya Bekasi, ternyata justru merupakan berkah. Alih-alih masalah, populasi banyak sama halnya dengan potensi pasar. Ini sekaligus juga dianggap sebagai peluang usaha dan bisnis pengembangan properti.
Komisaris ISPI Group Preadi Ekarto mengungkapkan, setiap akhir pekan, khususnya mulai Jumat malam, akses masuk dan keluar Bekasi Timur sangat padat. Penduduk setempat bisa "terjebak" lama di dalam kawasan tersebut.
Hal ini menciptakan peluang usaha. Dengan sulitnya akses menuju pusat kota pada waktu-waktu tertentu, menurutnya penduduk Bekasi Timur akan membutuhkan pusat ritel dan hiburan mandiri.
Sebagai catatan, Bekasi sebenarnya sudah memiliki cukup banyak pusat perbelanjaan. Menurut laporan Kompas.com, hingga 2016 nanti Kota Bekasi akan memiliki 20 pusat perbelanjaan modern.
Menanggapi hal ini, pengamat perkotaan sekaligus akademisi dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna mengungkapkan bahwa semua orang, termasuk penduduk Bekasi, membutuhkan variasi. Tidak hanya pusat perbelanjaan, mereka juga butuh pusat rekreasi baru.
"Bekasi memang harus menambah pusat rekreasi baru. Bekasi itu sebetulnya sebagai daerah wisata tidak semenarik Puncak, kecuali bisa menarik pengunjung dengan hal baru," ujar Yayat pada Kompas.com, Sabtu (22/2/2014).
Rumah murah
Bekasi bisa menarik pengunjung dan pemilik modal ketika jumlah kelas menengah semakin banyak. Di sana bisa dibangun pusat bisnis baru, pusat hiburan baru, kuliner baru, bahkan Bekasi juga bisa terkenal dengan mengembangkan sentra perumahan murah. Perumahan ini bisa menjadi solusi hunian bagi para pekerja pabrik, sekaligus menjadi ciri kawasan.
"Kalau Bekasi bisa ditata, sangat menarik," ujar Yayat.
Yayat juga membayangkan, ketika Bekasi sudah penuh dengan berbagai fasilitas, makin lama penduduk Bekasi juga akan enggan melakukan perjalanan ulang alik menuju Jakarta tiap hari. Terlebih, jumlah gaji dan UMP di Bekasi tidak jauh berbeda dari Jakarta.
"Buat apa kerja dan bersosialisasi di Jakarta?" tandasnya.
sumber : http://properti.kompas.com/read/2014/02/22/1722523/Untuk.Apa.ke.Jakarta.Tinggal.Saja.di.Bekasi.
Minggu, 23 Februari 2014
Senin, 09 Desember 2013
Taksonomi Bloom Anderson Karthwohl dan Peta konsep permasalahan belajar dan pembelajaran
Taksonomi
Bloom
Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk
tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama
kali disoleh Benjamin S. Bloom pada tahun1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah,
kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang
lebih rinci berdasarkan hirarkinya.usun
Tujuan pendidikan dibagi
ke dalam tiga domain, yaitu:
1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang
berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan
keterampilan berpikir.
2.
Affective Domain (Ranah Afektif) berisi
perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara
penyesuaian diri.
3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi
perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan
tangan, mengetik,berenang,
dan mengoperasikan mesin.
Beberapa istilah lain yang
juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain tersebut di antaranya
seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa, dan
karsa. Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan
pengamalan.
Dari setiap ranah tersebut
dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara
hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah
laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan
menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya
dalam ranah kognitif, untuk mencapai “pemahaman” yang berada di tingkatan kedua
juga diperlukan “pengetahuan” yang ada pada tingkatan pertama.
Domain Kognitif
Bloom membagi domain
kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama
berupa Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan
Keterampilan Intelektual (kategori 2-6)
Pengetahuan (Knowledge)
Berisikan kemampuan untuk
mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola,
urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb. Sebagai contoh, ketika diminta
menjelaskan manajemen kualitas, orang yg berada di level ini bisa menguraikan
dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik produk yang berkualitas,
standar kualitas minimum untuk produk.
Aplikasi (Application)
Di tingkat ini, seseorang
memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori,
dsb di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang
penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang yg berada di tingkat
aplikasi akan mampu merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya kualitas
dalam bentuk fish bone diagram.
Analisis (Analysis)
Di tingkat analisis,
seseorang akan mampu menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau
menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola
atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan
akibat dari sebuah skenario yg rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang
akan mampu memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan
tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke
dalam tingkat keparahan yg ditimbulkan.
Sintesis (Synthesis)
Satu tingkat di atas
analisis, seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau
pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali
data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yg dibutuhkan.
Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi
untuk menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan pengamatannya terhadap
semua penyebab turunnya kualitas produk.
Evaluasi (Evaluation)
Dikenali dari kemampuan
untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dsb dengan
menggunakan kriteria yang cocok atau standar yg ada untuk memastikan nilai
efektivitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer
kualitas harus mampu menilai alternatif solusi yg sesuai untuk dijalankan
berdasarkan efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis, dsb.
Domain Afektif
Penerimaan (Receiving/Attending)
Kesediaan untuk menyadari
adanya suatu fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa
mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.
Tanggapan (Responding)
Memberikan reaksi terhadap
fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan
kepuasan dalam memberikan tanggapan.
Penghargaan (Valuing)
Berkaitan dengan harga
atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku.
Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang
diekspresikan ke dalam tingkah laku.
Pengorganisasian (Organization)
Memadukan nilai-nilai yang
berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang
konsisten.
Karakterisasi Berdasarkan
Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex)
Memiliki sistem nilai yang
mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya.
Domain Psikomotor
Persepsi (Perception)
Penggunaan alat indera
untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.
Kesiapan (Set)
Kesiapan fisik, mental,
dan emosional untuk melakukan gerakan.
Guided Response (Respon Terpimpin)
Tahap awal dalam
mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan
gerakan coba-coba.
Mekanisme (Mechanism)
Membiasakan
gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan
cakap.
Respon Tampak yang Kompleks (Complex
Overt Response)
Gerakan motoris yang
terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks.
Penyesuaian (Adaptation)
Keterampilan yang sudah
berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi.
Penciptaan (Origination)
Membuat pola gerakan baru
yang disesuaikan dengan situasi, kondisi atau permasalahan tertentu
Konsep Taksonomi Bloom
Edisi Revisi
Konsep tersebut mengalami perbaikan seiring dengan perkembangan
dan kemajuan jaman serta teknologi. Salah seorang murid Bloom yang bernama
Lorin Anderson merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil perbaikannya
dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Dalam revisi
ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata kerja.
Masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarkis, dari urutan terendah ke
yang lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis
diintegrasikan menjadi analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada konsep
terdahulu tidak berubah jumlahnya karena Lorin memasukan kategori baru yaitu
creating yang sebelumnya tidak ada.
Setiap kategori dalam
Revisi Taksonomi Bloom terdiri dari subkategori yang memiliki kata kunci berupa
kata yang berasosiasi dengan kategori tersebut. Kata-kata kunci itu seperti
terurai di bawah ini:
- 1. Mengingat : mengurutkan, menjelaskan, mengidentifikasi, menamai, menempatkan, mengulangi , menemukan kembali dsb.
- 2. Memahami : menafsirkan, meringkas, mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan, mebeberkan dsb.
- 3. Menerapkan : melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi dsb
- 4. Menganalisis : menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur, mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan, menyamakan, membandingkan, mengintegrasikan dsb.
- 5. Mengevaluasi : menyusun hipotesi, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, mebenarkan, menyalahkan, dsb.
- 6. Berkreasi : merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah dsb.
Dalam berbagai aspek dan
setelah melalui revisi, taksonomi Bloom tetap menggambarkan suatu proses
pembelajaran, cara kita memproses suatu informasi sehingga dapat dimanfaat
dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa prinsip didalamnya adalah:
- · Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus mengingatnya terlebih dahulu
- · Sebelum kita menerapkan maka kita harus memahaminya terlebih dahulu
- · Sebelum kita mengevaluasi dampaknya maka kita harus mengukur atau menilai
- · Sebelum kita berkreasi sesuatu maka kita harus mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi, serta memperbaharui
Pentahapan berpikir
seperti itu bisa jadi mendapat sanggahan dari sebagian orang. Alasannya, dalam
beberapa jenis kegiatan, tidak semua tahap seperti itu diperlukan. Contohnya
dalam menciptakan sesuatu tidak harus melalui penatahapan itu. Hal itu kembali
pada kreativitas individu. Proses pembelajaran dapat dimulai dari tahap mana
saja. Namun, model pentahapan itu sebenarnya melekat pada setiap proses
pembelajaran secara terintegrasi.
Sebagian orang juga
menyanggah pembagian pentahapan berpikir seperti itu karena dalam kenyataannya
siswa seharusnya berpikir secara holistik. Ketika kemampuan itu dipisah-pisah
maka siswa dapat kehilangan kemampuannya untuk menyatukan kembali
komponen-komponen yang sudah terpisah. Model penciptaaan suatu produk baru atau
menyelesaian suatu proyek tertentu lebih baik dalam memberikan tantangan
terpadu yang mendorong siswa untuk berpikir secara kritis.
UNSUR KARTHWOHL
DOMAIN KRATWOHL (DOMAIN AFEKTIF)
Krathwohl
dan rakan-rakan, (1964) adalah antara penyelidik yang julungkali menggunakan
terminologi ‘afektif’ (affective) dalam memperkenalkan satu lagi domain penting
dalam hidup manusia. Ia digunakan sebagai satu lagi objektif pengajaran di
samping aras-aras yang terdapat dalam domain kognitif yang telah diperkenalkan
oleh Bloom dan rakan-rakan pada tahun 1956. Krathwohl mengkategorikan domain
afektif kepada beberapa bahagian iaitu :
1.
Penerimaan
Penerimaan merupakan satu bentuk kesediaan
atau penerima sesuatu yang ingin disampaikan. Individu tidak akan menolah
ransangan. Tindakan adalah terhad.
2.
Gerak balas
Seseorang akan bertindak balas kepada
ransangan yang diterima disebabkan dia mempunyai motif tersendiri untuk berbuat
demikian. Motif ini adalah motif ingin tahu. Tindak balas ini akan melahirkan
rasa kepuasan dalam diri individu berkenaan. Gerak balas pada mulanya atas
arahan terpaksa dan akhirnya akan menjadi kepuasan.
3.
Penilaian
Seseorang itu memahami nilai sesuatu perbuatan
yang dilakukan kepada masyarakat. Nilai atau motif ini boleh dianggap motif
luaran atau menjadi landasan kepada setiap individu.
Jenis penilaian:
- penerimaan semua nilai yang menjadi landasan kepada penerimaan
- pemilihan nilai tertentu dari nilai-nilai yang didedahkan kepada landasan pendiriannya
- komitmen memegang teguh kepada sesuatu kepercayaan (satu set nilai) yang menjadi landasan pendirian dan menerima cabaran
Seseorang itu boleh menyusun semula sesuatu
nilai kepada suatu set susunan yang sistematik. Pengkonsepsualisasikan
nilai-nilai dan membentuk pertalian di antaranya dan menyusun nilai-nilai
konsep itu.
5.
Perwatakan
Seseorang itu mematuhi sesuatu sistem nilai
dan sanggup mengamalkannya sebagai satu cara hidup
1.
Jenis-Jenis Masalah Belajar
Masalah
belajar memiliki bentuk yang banyak ragamnya, diantaranya:
1.
Keterampilan
Akademik
Keadaan siswa yang diperkirakan
memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya
secara optimal.
2.
Keterampilan
dalam Belajar
Keadaan siswa yang memiliki IQ 130
atau lebih tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan
kemampuan belajar yang amat tinggi.
3.
Sangat
Lambat dalam Belajar
Keadaan siswa yang memiliki akademik
yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau
pengajaran khusus.
4.
Kurang
Motivasi dalam Belajar
Keadaan siswa yang kurang bersemangat
dalam belajar mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
5.
Bersikap
dan Berkebiasaan Buruk dalam Belajar
Kondisi siswa yang kegiatan atau
perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistic dengan yang seharusnya, seperti
suka menunda-nunda tugas, mengulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya
untuk hal-hal yang tidak diketahuinya dan sebagainya.
Beberapa ciri tingkah laku yang
merupakan pernyataan manifestasi gejala kesulitan belajar antara lain:
Ø Menunjukkan hasil belajar yang rendah
di bawah rata-rat
Ø Hasil yang dicapai tidak seimbang
dengan usaha yang telah dilakukan
Ø Lambat dalam melakukan tugas-tugas
kegiatan belajar
Ø Menunjukkan sikap yang kurang wajar
Ø Menunjukkan tingkah laku yang
berkelainan
Ø Menunjukkan gejala emosional yang
kurang wajar.
Seorang siswa dapat diduga mengalami kesulitan belajar, kalau
yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar
tertentu. Seperti ukuran kriteria yang
dinyatakan dalam TIK atau ukuran tingkat kapasitas atau kemampuannya.
Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam
proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk
mencapai hasil belajar. Hambatan-hambatan itu bisa ada yang disadari dan
mungkin juga tidak disadari oleh yang mengalaminya, hambatan itu dapat bersifat
psikologis, sosiologis, dan fisiologis dalam keseluruhan proses belajar. Orang
yang mengalami kesulitan belajar akan mengalami hambatan dalam mencapai hasil
belajarnya.
2. Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Masalah
Belajar
1. Faktor yang Bersumber dari Diri Pribadi (Internal)
Faktor yang bersumber dari diri
pribadi sendiri yaitu :
a.
Faktor
Psikologis
Ø Intelegensi
Siswa
yang mempunyai intelegensi tinggi akan lebih mudah dalam memahami pelajaran
yang diberikan guru atau lebih berhasil dibandingkan dengan siswa-siswa yang
berintelegensi rendah.
Ø Bakat
Apabila
bahan yang dipelajari oleh siswa tidak sesuai dengan bakatnya maka siswa akan
mengalami kesulitan dalam belajar.
Ø Motivasi
Prestasi
belajar siswa bisa menurun apabila siswa tersebut tidak mempunyai motivasi
dalam belajar.
b.
Faktor
Fisiologis
Gangguan-gangguan fisik dapat berupa
gangguan pada alat-alat penglihatan dan pendengaran yang dapat menimbulkan
kesulitan belajar. Seperti gangguan visual yang sering disertai dengan gejala
pusing, mual, sakit kepala, malas, dan kehilangan konsentrasi pada pelajaran.
2. Faktor Eksternal
a. Faktor yang Bersumber dari Lingkungan
Sekolah :
Ø Metode mengajar
Apabila
guru menggunakan metode yang sama untuk semua bidang studi dan pada setiap
pertemuan akan membosankan siswa dalam belajar.
Ø Hubungan guru dengan guru, guru
dengan siswa, dan siswa dengan siswa
Dalam
proses pendidikan, antar guru, guru dengan siswa, dan antar siswa tidak
terjalin hubungan yang baik dan harmonis untuk bekerja sama, maka siswa akan
mengalami kesulitan dalam belajar. Karena antar personal sekolah akan saling
menyebutkan kelemahan dari personal lain dan terjadinya persaingan yang kurang sehat.
Ø Sarana dan prasarana
Alat-alat
belajar yang kurang atau tidak lengkap, buku-buku sumber yang diperlukan sulit
didapatkan, ruang kelas, ruang kelas tidak mencukupi syarat seperti terlalu
panas, pengap, dan ruang kecil yang tidak sesuai dengan jumlah siswa.
b. Faktor Keluarga
Ø Keadaan ekonomi keluarga
Apabila
anak hidup dalam keluarga yang miskin dan harus bekerja membantu mencari
tambahan ekonomi keluarga akan menimbulkan kesulitan bagi anak, mungkin akan
terlambat datang, tidak dapat membeli peralatan sekolah yang dibutuhkan, tidak
dapat memusatkan perhatian karena sudah lelah dan sebagainya.
Ø Hubungan antar sesama anggota
keluarga
Apabila
hubungan antar keluarga tidak harmonis, seperti orang tua sering bertengkar,
orang tua otoriter, peraturan yang ketat, dan sebagainya, maka anak tidak bisa
berkonsentrasi dalam belajar.
Ø Tuntutan orang tua
Tuntutan
orang tua dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi anak apabila tuntutan itu
tidak sesuai dengan kemampuan, minat, dan bakat anak.
c. Faktor Lingkungan Masyarakat
Faktor
yang bersumber dari lingkungan masyarakat yang dapat menimbulkan kesulitan
belajar adalah media cetak, komik, buku-buku pornografi, media elektronik, TV,
VCD, video, play station, dan sebagainya.
3.
Cara
Pengungkapan Masalah Belajar
Tes hasil belajar adalah suatu alat
yang disusun untuk mengungkapkan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan-tujuan
pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
a. Tes kemampuan dasar
Tingkat
kemampuan dasar biasa diukur dengan mengadministrasikan tes intelegensi yang
sudah baku.
b. Melalui Pengisian AUM PTSDL
Siswa
mengisi alat ungkap masalah yang berkenaan dengan masalah belajar.
c. Tes Diagnostik
Merupakan
instrumen untuk mengungkapkan adanya kesalahan-kesalahan yang dialami oleh
siswa dalam bidang pelajaran tertentu.
d. Analisis Hasil Belajar
Tujuannya
sama dengan tujuan tes diagnostik.
e. Langkah-langkah atau Prosedur dan
Teknik Penggunaan Masalah (diagnosa kesulitan belajar)
1. Identifikasi siswa yang mengalami
kesulitan belajar
2. Melokasikan letaknya kesulitan
(permasalahan)
3. Lokalisasi jenis faktor sifat yang
menyebabkan mereka mengalami berbagai kesulitan
4. Perkiraan kemungkinan bantuan
5. Penetapan kemungkinan cara
mengatasinya
6. Tindak lanjut.
4. Upaya Pengentasan Masalah
Belajar
a.
Pengajaran
Perbaikan
Merupakan
pelayanan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok siswa yang menghadapi
masalah-masalah belajar dengan maksud untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan
dalam proses dan hasil belajar siswa.
b.
Program
Pengayaan
Merupakan
suatu bentuk layanan yang diberikan kepada seseorang atau beberapa siswa yang
sangat cepat dalam belajar.
c.
Peningkatan
Motifasi Belajar
d.
Pengembangan
sikap dan Kebiasaan Belajar yang baik
Setiap
siswa diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif.
e.
Layanan
Konseling Individual
Konseling
dimaksud sebagai pelayanan khusus dalam hubungan langsung tatap muka antara
konselor dan klien.
Rabu, 27 November 2013
RESUME TEORI BELAJAR HUMANISTIK
Konsep dasar teori humanistik
Tujuan belajar adalah untuk memanusiakan seorang manusia untuk mampu mengaktualisasikan diri dalam hidup dan penghidupannya.
Konsep belajar humanistik berangkat dari aliran psikologi humanistic
Menitik-beratkan pada kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal, otonomi, tujuan dan pemaknaan
Belajar harus berorientasi pada peserta didik sebagai subjek belajar
Pendidikan yang efektif menurut aliran ini adalah pendidikan yang berpusat pada minat, dan kebutuhan-kebutuhan peserta didik
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran yang humanis adalah pendekatan dialogis, reflektif, dan ekspresif
Pendekatan Humanistik mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia pendidikan.
Pendekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif
Belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri
Teori Humanistik menekankan kognitif dan memengaruhi proses
Implementasi dalam pembelajaran
Guru Sebagai Fasilitator :
memberi perhatian dan motivasi
membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum
Memahami karakteristik siswa
mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar
Dapat menyesuaikan dirinya bersama siswanya
Berbaur dengan siswanya, berkomunikasi dengan sangat baik bersama siswanya
Dapat memahami dirinya dan tentunya agar dapat memahami siswanya
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
Merumuskan tujuan belajar yang jelas
Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif.
Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukan apa yang diinginkan dan menanggung risiko dari perilaku yang ditunjukkan.
Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
Ciri-ciri guru yang baik menurut teori humanistik
Guru yang memiliki rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah dan wajar. Ruang kelads lebih terbuka dan mampu menyesuaikan pada perubahan.
Tokoh-tokoh dalam teori Humanistik
1. Abraham Maslow
Di kenal sebagai pelopor aliran humanistik. Maslow percaya bahwa manusia bergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang paling di kenal adalah teori tentang Hierarchy of Needs ( Hirarki kebutuhan ). Dia mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri orang memiliki rasa takut yang dapat membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan. Manusia juga bermotivasi untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan hidupnya. Kebutuhan – kebutuhan tersebut memiliki hirarki ( tingkatan ) mulai dari yang rendah sampai yang tinggi. Adapun hirarki – hirarki tersebut adalah :
• Kebutuhan fisiologis atau dasar
• Kebutuhan akan aman dan tenteram
• Kebutuhan akan dicintai dan disayangi
• Kebutuhan untuk dihargai
• Kebutuhan untuk aktualisasi diri
2. Carl Ransom Rogers
Mereka berpendapat bahwa belajar yang sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik. Oleh karena itu, menurut teori belajar humanisme bahwa motifasi belajar harus bersumber pada diri peserta didik.
Dua ciri belajar, yaitu:
• Belajar yang bermakna : Proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran dan perasaan peserta didik.
• Belajar yang tidak bermakna : Proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran akan tetapi tidak melibatkan aspek perasaan peserta didik.
• Peranan guru dalam kegiatan belajar siswa menurut pandangan teori humanisme adalah sebagai
fasilitator yang berperan aktif dalam :
Membantu menciptakan iklim kelas yang kondusif agar siswa bersikap positif terhadap belajar.
Membantu siswa untuk memperjelas tujuan belajarnya dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar.
Membantu siswa untuk memanfaatkan dorongan dan cita-cita mereka sebagai kekuatan pendorong belajar.
Menyediakan berbagai sumber belajar kepada siswa.
Menerima pertanyaan dan pendapat, serta perasaan dari berbagai siswa sebagaimana adanya
3. Arthur Combs
Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Lukisan persepsi diri :
• Lingkaran kecil : Gambaran ersepsi diri
• Lingkaran besar : Persepsi dunia
4. Kolb
4 tahap belajar :
• Tahap pengalaman kongkre : Seseorang mampu atau dapat mengalami suatu peristiwa atau suatu kejadian sebagaimana adanya.
• Tahap pengalaman aktif dan reflektif : Seseorang makin lama akan semakin mampu melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya.
• Tahap konseptualisasi : Seseorang sudah mulai berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep, atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi objek perhatiannya.
• Tahap eksperimentasi aktif : Melakukan eksperimentasi secara aktif
5. Honey Dan Mumford
4 golongan orang belajar :
• Kelompok aktivis : mereka yang senang melibatkan diri dan berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru.
• Golongan reflector : mempunyai kecenderungan yang berlawanan dengan mereka yang termasuk kelompok aktivis.
• Kelompok teoritis : Mereka memiliki kecenderugan yang sangat krritis, suka menganalisis, selalu berfikir rasional dengan menggunakan penalarannya.
• Golongan pragmatis : mereka memiliki sifat-sifat praktis, tidak suka berpanjang lebar dengan teori-teori, konsep-konsep, dalil-dalil, dan sebagainya
6. Habermas
belajar baru akan terjadi jika ada interaksi antara individu dengan lingkungannya (lingkungan alam maupun lingkkungan sosial).
3 tipe belajar :
• Belajar teknis (technical learning) : Belajar teknis adalah belajar bagaimana seseorang dapat beinteraksi dengan lingkungan alamnya secara benar.
• Belajar praktis (practical learning) : Belajar praktis adalah belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, yaitu dengan orang-orang di sekelilingnya dengan baik.
• Belajar emansipatoris menekanan upaya agar seseorang mencapai suatu pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan terjadinya perubahan atau informasi budaya dalam lingkungan sosialnya.
7. Bloom dan Krathwohl
3 kawasan yang mungkin dipelajari :
• Kognitif : Pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi
• Psikomotor : Peniruan, penggunaan, ketepatan, perangkaian, naturalisasi
• Afektif : Pengenalan, merespon, penghargaan, pengorganisasian, pengalaman
Kelebihan teori Humanistik
Bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis terhadap fenomena sosial.
Siswa merasa senang, berinisiatif dalam belajar,.
Guru menerima siswa apa adanya,memahami jalan pikiran siswa.
Siswa mempunyai banyak pengalaman yang berarti
Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah.
Indikator dari keberhasilan aplikasi ini ialah siswa merasa senang dan bergairah
Terjadinya perubahan pola piker
Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara tanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang-orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin, atau etika yang berlaku
Siswa dituntut untuk berusaha agar lambat laun mampu mencapai aktualisai diri dengan sebaik-baiknya.
Kekurangan teori Humanistik
Bersifat individual.
Proses belajar tidak akan berhasil jika tidak ada motivasi dan lingkungan yang mendukung.
Sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis
Peserta didik kesulitan dalam mengenal diri dan potensi-potensi yang ada pada diri mereka.
Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses belajar.
Siswa tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam proses belajar
Peran guru dalam proses pembentukan dan pendewasaan kepribadian siswa menjadi berkurang
Keberhasilan proses belajar lebih banyak ditentukan oleh siswa itu sendiri
Langganan:
Postingan (Atom)